Senin, 29 Desember 2014

ALAT DAN SUMBER BELAJAR IPS

Alat dan Sumber belajar IPS

Penyediaan alat dan sumber belajar yang cukup dapat menunjang pelaksanaan program pengajaran IPS bagi peserta didik. Akan tetapi banyaknya materi itu tidak menjamin suatu pengajaran yang baik. Ini hanya dapat dicapai jika sumber pembelajaran itu dapat digunakan dengan terampil oleh guru yang inspiratif dan kreatif.
Alat dan sumber belajar IPS dapat kita kelompokkan atas dua bagian :
1. Materi bacaan (reading materials) : buku teks, ensiklopedia, referensi jurnal (majalah, pamflet, kliping guntingan surat kabar), brosur perjalanan, majalah sekolah,dan barang cetakan lainnya.
2. Materi bukan bacaan (nonreading materials): gambar-gambar, film, rekaman-rekaman (recording), peta-peta, globe, dan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat.

1. Materi Bacaan
a. Buku teks (textbook)
Penggunaan buku teks yang benar merupakan suatu bantuan yang bermanfaat bagi pembelajaran. Buku-buku teks IPS untuk SD seyogyanya menarik untuk dilihat apabila dibaca. Penggunaan peta-peta dan materi-materi visual lain seperti gambar-gambar, grafik, bagan akan membuat peserta didik tertarik. Pada taraf yang paling ideal adalah jika setiap lembar buku-buku itu memuat ilustrasi dan sebagian besar berwarna. Tentu saja ini sangat mahal. Dalam memilih buku-buku teks perlu sekali memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kepengarangan (authorship) – terjadi ketepatan ilmiahnya dan kesesuaian penggunaannya untuk peserta didik SD dalam arti minat dan daya tariknya, tingkat keterbatasan untuk setiap kelas atau dasar kurikulum
2) Penggarapan isi mendapat perhatian yang cukup besar mengenai kedalaman konsep-konsep yang penting, bukan hanya deskripsi fakta yang sangat banyak-banyak saja atau berupa buku cerita
3) Formal dan penampilan umum - terjamin sebagai buku yang menarik untuk dibaca, ukuran buku yang pantas, jilidan(dinding) yang berkualitas baik, ukuran huruf yang cukup
4) Organisasi – terjamin keharmonisan antara program kurikuler dengan program instruksional yang dilaksanakan dalam praktek
5) Materi visual – terjamin keragaman, ilustrasi dalam jumlah yang cukup dan ukuran yang pantas
6) Alat bantu (peraga) pengajaran – terjamin sebagai integral dengan buku-buku teks sendiri, dan alat peraga sebagai media pengajaran harus benar-benar membantu guru

b. Ensiklopedia
Idealnya di perpustakaan SD tersedia satu perangkat ensiklopedia (bahasa Indonesia atau inggris). Kegunaan ensiklopedia ialah memudahkan untuk segera mendapatkan informasi mengenai fakta dari berbagai topik yang diperlukan oleh guru untuk persiapan mengajar atau peserta didik sendiri. Apabila ensiklopedia itu memuat ilustrasi yang menarik terkadang berwarna sehingga akan menarik perhatian dan minat belajar peserta didik.

c. Buku referensi lain
Selain buku teks dan ensiklopedia,diperlukan pula sejumlah banyak buku bacaan tambahan. Buku-buku ini dapat saja berupa buku teks lain,tetapi dapat juga buku-buku dengan topik khusus. Karya semacam dapat kita bagi atas :
1) Tulisan informatif yang memberikan informasi khusus tentang topik IPS yang dipelajari,misalnya tentang kehidupan sosial budaya suku-suku bangsa di Indonesia atau di tempat-tempat lain, alat-alat transportasi dan komunikasi, bentuk rumah, negara-negara lain.
2) Biografi dari tokoh terkemuka Indonesia dan dunia
3) Sejarah lokal, nasional, dan umum
4) Puisi atau karya sastra lainnya
Kesastraan dan materi sastra harus mendapatkan perhatian yang penting dalam pengajaran IPS di SD karena dapat memberikan aspek afektif (membentuk sikap dan nilai) pengalaman hidup manusia. Realisme yang dicapai karena gambaran yang hidup dari karya sastra dapat menghidupkan imajinasi peserta didik dan ini dapat mengembangkan perasaan dan identifikasi diri dengan topik yang sedang dipelajari. Sastra misalnya mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah keduanya dapat saling menunjang untuk mengembangkan aspek afektif dan pengetahuan dari peserta didik.

d. Materi-materi gratis dan murah dalam bentuk poster kartu bergambar, map bergambar, bulletin, buku saku, brosur, atau lembaran objek pariwisata, yang banyak terdapat pada biro perjalanan atau agen penerbangan dan hotel-hotel dapat dipakai sebagai alat dan sumber pembelajaran IPS di SD.

2. Materi bukan bacaan
Materi bukan bacaan penting sekali dalam IPS. Ini membuka kesempatan belajar bagi peserta didik yang secara individual lamban dalam keterampilan membacanya. Program IPS yang seluruhnya bergantung pada materi bacaan akan menyulitkan peserta didik yang lamban kemampuan membaca atau sulit berbicara. Tetapi tentu saja penggunaan materi-materi bukan bacaan ini tidak hanya terbatas untuk peserta didik yang belum dapat membaca saja. Banyak sekali materi ini memberikan informasi yang sulit sekali diperoleh melalui bacaan. Film tentang suku Dani atau Asmat di Irian Jaya,atau kehidupan orang laut di Riau kepulauan, misalnya adalah pengalaman-pengalaman yang tidak dapat disalin kembali dengan berbagai cara dalam ruangan kelas.
Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan memperkaya pembelajaran semua peserta didik,baik yang mampu membaca,maupun yang sulit membaca. Peta, bagan, graft adalah alat-alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit untuk dijelaskan dalam materi cetak bacaan. Pengadaan karya wisata adalah suatu cara untuk memberikan kesempatan pengalaman langsung kepada peserta didik mengenai beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, film strip, dan gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada peserta didik akan suatu latar belakang yang sama.
Cara beberapa materi bukan bacaan dalam pembelajaran IPS :
a. Gambar, foto, ilustrasi.
Digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjukkan objek benda yang sebenarnya. Semuanya memberikan arti kepada pembelajaran sebab kata-kata saja tidak dapat memberikan arti dengan tepat,hidup atau cepat seperti yang dilakukan oleh gambar-gambar.
b. Film
memberikan sumbangan yang besar bagi pembelajaran IPS. Film memberikan kepada peserta didik pengalaman belajar dan dapat membantu menampilkan waktu berabad-abad (film sejarah atau peristiwa bersejarah) dan tempat yang berjarak ribuan kilometer dimana peserta didik dapat melihat tempat, orang, peristiwa yang tidak mungkin dilihatnya dengan cara lain.
c. Film strip
adalah rangkaian film statis (tidak bergerak),tidak seperti film gerak yang kita kenal. Film strip lebih mudah daripada film biasa,juga lebih mudah digunakan dalam pengajaran IPS. Film strip ini umumnya sudah dalam urutan yang teratur,misalnya dalam menggambarkan sejarah,pertumbuhan serta perkembangan suatu pemukiman; proses sebuah produksi dari penanaman sayur-sayuran, pemeliharaan, panen, pengangkutan ke pasar-pasar (distribusi), dibeli sampai dihidangkan di meja makan (konsumsi). Isi dari setiap fim strip itu dapat didiskusikan tanpa tergesa-gesa sambil dipertunjukan dalam kelas dan setiap waktu dapat diundurkan dan diajukan untuk memperlihatkan gambar yang dikehendaki.
d. Slide dari fotografi juga sudah mulai digunakan dalam IPS. Umumnya berwarna dan tidak perlu selalu dalam suatu urutan yang tetap. Dibandingkan dengan film strip, slide lebih mahal harganya dan agak sulit pemeliharaannya. Oleh karena itu, guru lebih baik menggunakan film strip (jika ada).
e. Televisi di Indonesia sudah digunakan untuk pendidikan. Tinggal memilih acara yang relevan dengan IPS. Seperti halnya dengan film, televisi kombinasi visual dan audio.
f. Materi audio seperti radio dan recording menjadi alat dan sumber pembelajaran IPS. Pidato-pidato asli para pemimpin Negara dan tokoh masyarakat ada yang direkam dan ini dapat menjadi sumber belajar
g. Papan bulletin / majalah dinding dapat pula digunakan sebagai sumber belajar karena di papan atau dinding khusus yang tersedia di sekolah,dapat ditempatkan suatu unit display gambar peta-peta buatan para peserta didik sendiri, bagan-bagan dan sebagainya.
h. Sumber masyarakat
Masyarakat disekitar tempat tinggal siswa merupakan sumber pembelajaran IPS. Dalam masyarakat peserta didik dapat melihat langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat kepada peserta didik diperkenalkan konsep geografi setempat, masalah kehidupan kelompok (sosiologi), proses dan mekanisme pemerintahan (ilmu politik), dan lokasi warisan sejarah yang ada (sejarah). Dari masyarakat itu, peserta didik dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar belakang suku, ras,agama atau golongan dapat hidup secara harmonis sebagai bangsa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat dapat member sumbangan yang penting dalam program pembelajaran IPS.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program pengajaran IPS :
a. Mengundang anggota atau tokoh masyarakat tertentu setempat ke dalam kelas untuk berbicara dengan peserta didik mengenai suatu topik yang berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya). Tentu saja guru lebih mengkomunikasikan dengan pembicara tentang tujuan undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh peserta didik di SD. Umumnya narasumber yang bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka sehari-hari atau di masa lalu.
b. Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh masyarakat di tempat mereka tinggal atau bekerja. Untuk itu para peserta didik perlu diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka harus menyiapkan sejumlah pertanyaan yang bisa mereka ajukan (wawancara).

Karya wisata sebagai alat dan sumber belajar ialah dengan mengunjungi objek sejarah, kawasan industry, lading pertanian, perkebunan, atau pertenakan, pasar mingguan, museum geologi dan sebagainya. Perjalanan ke objek-objek itu menggembirakan peserta didik sebagai rekreasi tetapi juga mengandung pembelajaran IPS.

PENELITIAN EKSPERIMEN

PENELITIAN EKSPERIMEN

1. Pengertian Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diteliti. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan atau kelompok kontrol.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dengan kontrol yang ketat (Sedarmayanti dan Syarifudin, 2002:33). Menurut Yatim Riyanto (dalam Zuriah, 2006: 57) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Sugiyono (2012:109) menambahkan penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Margono, 2005: 110). Dalam melakukan eksperimen peneliti memanipulasikan suatu stimulan, treatment atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian menobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut.Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakanpenelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karenadilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel pengganggudi luar yang dieksperimenkan.Menurut Emmory, penelitian eksperimen merupakan bentuk khusus investigasiyang digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa saja dan bagaimana bentukhubungan antara satu dengan yang lainnya. Menurut konsep klasik, eksperimenmerupakan penelitian untuk menentukan pengaruh variabel perlakuan (independentvariable) terhadap variabel dampak (dependent variable).Definisi lain menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yangdilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukanproses manipulasi melalui pemberian treatment/perlakuan tertentu terhadap subjekpenelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang).Penelitian eksperimen juga merupakan penelitian yang dilakukan secara sengajaoleh peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjekpenelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan ditelitibagaimana akibatnya.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannyadiperoleh melalui komparasi/perbandingan antara :
a. Kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang tidak diberikan perlakuan).
b. Kondisi subjek sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.Penggunaan metode penelitian eksperimen pada penelitian sosial danpendidikan akan dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut subyekpenelitian.
Dalam hal ini, penggunaan metode eksperimen ini akan menjadi sangatrumit mengingat obyek yang diteliti menyangkut interaksi manusia denganlingkungan, atau interaksi antar manusia itu sendiri. Selain itu, tidak mudah untukmencari orang yang bersedia dengan sukarela menjadi subyek dari penelitianeksperimen ("kelinci percobaan").
Di lain pihak, penelitian eksperimen yang dilakukan di dalam kelas oleh guruterhadap siswanya atau sebagai penelitian kelas, juga akan menghadapi persoalanvaliditas hasil penelitian. Dalam hal ini, guru sebagai peneliti akan dihadapkan padapersoalan apakah dia bisa bersikap obyektif, mengingat sebagai peneliti dia jugasebagai manusia yang berinteraksi dengan subyek yang diteliti, yaitu siswanyasendiri.
Secara umum teradpat dua jenis penelitian eksperimen, yaitu eksperimen betul/murni (true experiment) dan eksperimen pura-pura/semu. Dalam penelitian eksperimen murni terdapat persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Kondisi-kondisi sekitar atau yang diperkirakan mempengaruhi subjek penelitian hendaknya disingkirkan, sehingga jika ternyata ada perbedaan hasil pada kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding maka perbedaan hasil ini merupakan akibat adanya perlakuan.
2. Terdapat kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) yang difungsikan sebagai kelompok pembanding bagi kelompok yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen). Pada akhir eksperimen hasil pada kedua kelompok dibandingkan dan perbedaan hasilnya merupakan efek dari pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen.
3. Sebelum eksperimen dilakukan, kedua kelompok diusahakan sama, sehingga paparan tentang hasil akhir dapat benar-benar merupakan hasil ada tidaknya perlakuan.
4. Apabila penelitian eksperimen dilakukan terhadap orang, hendaknya anggota kelompok eksperimen dan kelompok pembanding tidak terpengaruh akan status mereka.

 Karakteristik Penelitian Eksperimen

Berikut ini disajikan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yang membedakan dengan penelitian lainnya, yaitu:
1) Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dianggappaling dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat, atau paling dapatmemenuhi validitas internal.
2) Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikanpengujian hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
3) Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencaripengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang terkendalikan.
4) Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg lain:
a. Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat berbeda,misal: treatment dan non-treatment
b. Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),dikendalikan (dipertahankan tetap).
c. Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap variable terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang berbeda makaakan berdampak yang berbeda pula.
d. Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara kelompok yang akandikenai perlakuan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (duakelompok yang akan dibandingkan tersebut harus komparabel).

2. Tujuan Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen bertujuan (Zuriah, 2006: 58):
1) Menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
2) Memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen.
3) Menarik generalisasi hubungan antarvariabel.
Adapun beberapa tujuan penelitian menurut Soekanto (1955) dan Arikunto (2005) yaitu:
1) Menyelidiki ada tidaknya hubungan, kausalitas antara perlakuan dengan target prilaku.
2) Membandingkan perlakuan tertentu kepada kelompok tertentu & menyediakan kontrol sebagai pembanding.
3) Memprediksi efek dari suatu perlakuan pada variabel tergantung.
4) Mempelajari seberapa besar hubungan kausalitas tersebut.

3. Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
 Kelompok kontrol
Kelompok pembanding untuk mengetahui sejauh manakah terjadiperubahan akibat variabel-variabel eksperimen tersebut.
 Kelompok eksperimen
Kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variabel-variabel tertentu.

Hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat dengan valid, bila dilakukan pengontrolan pengaruh variabel lain terhadap variabel terikat.
• Pengontrolan ini menggunakan apa yang disebut dengan kelompok kontrol. Dalam berbagai segi, keberadaan kelompok kontrol sarna dengan kelompok eksperimen.
• Satu-satunya perbedaan adalah, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment), sedangkan pada kelompok control tidak ada perlakuan.
• Dengan demikian, bila muncul gejala yang berbeda antara kedua kelompok, maka itu dianggap sebagai pengaruh perlakuan atautreatment effect.

4. Faktor yang Perlu Dikontrol
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variabel, serta kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen yang perlu diperhatikan. Halini untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1) Latar belakang kebudayaan.
Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatikan agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan setiap sore, dan sebagainya.
2) Dasar matematika.
Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri atas siswa yang pandai-pandai, sedang kelas lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.

3) Ruangan kelas.
Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan kontrol itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi yang kurang, tata ruang, dan tata cahaya.
4) Waktu belajar.
Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Selain itu, jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama.
5) Cara mengajar.
Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
6) Guru/pengajar.
Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar diupayakan mempunyai tingkat, level, atau derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun kemampuannya.
7) Lain-lain.
Walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variabel non eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka mengganggu jalannya pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain.

5. Kesesatan dalam Eksperimen
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen yang sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda (misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau controlled variable. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variable. Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ekstrane yang ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut.
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi orang tuanya.
Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Padahal secara teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi, hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu? Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola eksperimen.
Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Kesesatan tipe S (Subyek).
2) Kesesatan tipe G (Group).
3) Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.